Artikel berikut merupakan sebuah kutipan dari sebuah situs yang saya dapat, dengan maksud dan tujuannya agar kita tidak melupakan sejarah perjuangan dari Pahlawan yang berasal dari Daerah Kita Sendiri yaitu Kalimantan. Serta untuk diketahui oleh para pembaca dan generasi-generasi keluarga kita selanjutnya. yang perlu saya Tekankan juga adalah bahwa Bapak TJILIK RIWUT merupakan Tokoh yang hingga saat ini masih di Banggakan oleh semua warga Suku Dayak. salah satu dari keluarga ku yang sangat membanggakan Sosok TIJILIK RIWUT adalah Bue/Kakek ku yanitu Hendrik Odjai dan Yanson Nuhan.
Berikut Kutipan Artikelnya.....:
Seorang yang bangga akan tanah leluhurnya serta selalu menyatakan dirinya sebagai "orang hutan" karena ia lahir dan tumbuh besar di belantara hutan Kalimantan. Ia lahir di Katunen, Kasongan, tepatnya Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Ia adalah seorang yang mencintai alam dan dan seorang yang mempunyai pendirian yang kuat yang dapat melihat sekitarnya dengan dasar yang kokoh terutama mengenai budaya Dayak.
Berikut Kutipan Artikelnya.....:
Seorang yang bangga akan tanah leluhurnya serta selalu menyatakan dirinya sebagai "orang hutan" karena ia lahir dan tumbuh besar di belantara hutan Kalimantan. Ia lahir di Katunen, Kasongan, tepatnya Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah. Ia adalah seorang yang mencintai alam dan dan seorang yang mempunyai pendirian yang kuat yang dapat melihat sekitarnya dengan dasar yang kokoh terutama mengenai budaya Dayak.
www.kalteng.go.id/IMAGES/MUKA/TjilikR.jpg
Ketika Ia menginjak usia remaja, ia sering pergi
seorang diri menuju Bukit Batu, untuk bertapa. Pada waktu melakukan
pertapaan inilah ia memperoleh petunjuk pertama kali yang mengarahkannya
untuk menyeberangi lautan menuju ke Pulau Jawa. Pada jaman dulu bisa
dibayangkan keterbatasan sarana transportasi apalagi sarana
komunikasinya sangatlah sulit. Unruk mencapai pulau Jawa ia tak kenal
lelah dan putus asa, halangan serta rintangan dianggapnya sebagai pemacu
semangat untuk mencapai sesuatu yang dicita-citakan. Segala macam cara
ia coba untuk melakukannya baik itu ia harus berjalan kaki menerobos
lebatnya belantara Kalimantan, menyusuri sungai menggunakan perahu
maupun rakit, agar ia dapat mencapai pulau Jawa di seberang laut sana.
Akhirnya, ia pun sampai juga di Banjarmasin, sekarang ibukota Kalimantan
Selatan, dan di sinilah ia mendapatkan pekerjaan yang akan
mengantarkannya ke tempat tujuan, yaitu Pulau Jawa.
Pada awal perjalanan karirnya (1940) di mulai menjadi
seorang pemimpin redaksi majalah Pakat Dayak bersama "Suara Pakat".
Koresponden Harian Pemandangan, pimpinan M. Tambran. Dan juga
koresponden Harian Pembangunan, pimpinan Sanusi Pane, seorang sastrawan
Indonesia angkatan pujangga baru. Ia juga menjadi salah seorang tokoh
yang mewakili 142 suku Dayak yang berada di pedalaman Kalimantan
(185.000 jiwa) yang menyatakan diri dan melaksanakan Sumpah Setia dengan
upacara adat leluhur suku Dayak kepada pemerintah Republik Indonesia
(17 Desember 1946). Ia adalah putra Dayak yang menjadi seorang anggota
KNIP (1946 - 1949). Ia juga berjasa dalam memimpin Operasi penerjunan
Pasukan Payung yang pertama kali dalam sejarah Angkatan Bersenjata
Republik indonesia (17 Oktober 1947), tepatnya di desa Sambi,
Pangkalanbun. Dengan pasukan MN 1001. Peristiwa ini kemudian ditetapkan
sebagai hari jadi Pasukan Khas TNI-AU.
Dalam suatu kesempatan, ia akhirnya dapat pulang
kembali ke tanah leluhurnya, dan kembali bertapa di Bukit Batu. Pada
pertapaannya kali ini ia memohon petunjuk dari Yang Maha Kuasa untuk
perjuangannya melawan penjajah yang pada saat itu sedang "bertengger" di
Indonesia. Dalam kesempatan itu ia pun bernazar untuk tidak menikah
sebelum Indonesia merdeka. Setelah ia selesai melakukan pertapaanya, ia
memperoleh suatu benda, yaitu sebuah batu yang berbentuk seperti daun
telinga. Petunjuk yang ia peroleh sewaktu bertapa mengatakan bahwa batu
yang ia peroleh itu dapat dipergunakan untuk mendengar dan memantau
musuh apabila di letakkan berdekatan dengan daun telinganya. Namun
setelah kemerdekaan Indonesia, batu itu pun gaib keberadaannya.
Sebagai seorang pejuang yang sangat mencintai
kebudayaan leluhurnya, ia sangat fanatik dengan angka 17, yaitu angka
kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Karena begitu menyatunya
dengan angka 17 ini pada dirinya maka sebagaian besar kehidupannya
dipengaruhi oleh angka 17, berikut beberapa contohnya.
- Pelaksanaan sumpah setia 142 suku di pedalaman Kalimantan yang ia wakili kepada pemerintah Republik Indonesia secara adat dihadapan Presiden Soekarno di Gedung Agung, Yogyakarta 17 Desember 1946.
- Desa Pahandut yang merupakan cikal bakal dari ibukota Kalimantan Tengah, yaitu Palangka Raya. Merupakan desa yang ke-17 yang dihitung dari sungai Kahayan.
- Peletakkan batu pertama kota Palangka Raya yang melambangkan perjuangan yang telah memberikan hasil kepada masyarakatnya, pada tanggal 17 Juli 1957.
- Ia menjadi gubernur yang pertama bagi provinsi yang ke-17, yaitu provinsi Kalimantan Tengah
- Kelahiran provinsi Kalimantan Tengah tepat pada masa pemerintahan Republik Indonesia Kabinet yang ke-17.
Akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1987, putra terbaik
Dayak ini tutup usia dalam usia 69 tahun di Rumah Sakit Suaka Insan,
Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Begitu banyak jasa dan pengorbanan yang
telah dilakukan oleh seorang putra Dayak ini, bahaya pun selalu
mengintai keselamatannya. Namun berbekal keyakinan teguh serta semangat
yang membara akan cita-cita yang telah lama diimpikannya, ia pun
melakukan tugasnya tanpa kenal lelah apalagi kata menyerah dalam
dirinya. Tidaklah kecil jasa seorang Tjilik Riwut kepada bangsa
Indonesia. Haruslah generasi sekarang ini mengenang jasa-jasanya agar
dapat memetik keteladanan, kegigihan serta perjuangan hidupnya agar
dapat dijadikan panutan bagi kita.
Atas jasa-jasanya yang telah memperjuangkan
kemerdekaan Indonesia serta membangun provinsi Kalimantan Tengah maka,
pada masa pemerintahan presiden B.J. Habibie, ia ditetapkan sebagai
pahlawan nasional Indonesia. untuk mengingat jasa seorang Tjilik Riwut,
putra Kasongan sungai Katingan ini diabadikan pada berbagai tempat di
Kalimantan Tengah, diantaranya bandara Palangka Raya, jalan terpanjang
di Kalimantan yang menghubungkan kota Palangka Raya hingga daerah
Kotawaringin.
Artikel dikutip dari : betang.com
Penulis : BINTANG SARIYATNO
Mengapa Artikel ini saya Kutip....??? ini bertujuan agar keturunan2 dari keluarga ini dapat mengetahui siapa Pejuang Dari Kalimantan Tengah, dan kita sebagai Warga keturunan suku Dayak Bangga memiliki seorang Pejuang seperti Bapak TJILIK RIWUT, serta kita juga tidak melupakan semua perjuangan beliau dalam membangun Tanah Dayak.
Mengapa Artikel ini saya Kutip....??? ini bertujuan agar keturunan2 dari keluarga ini dapat mengetahui siapa Pejuang Dari Kalimantan Tengah, dan kita sebagai Warga keturunan suku Dayak Bangga memiliki seorang Pejuang seperti Bapak TJILIK RIWUT, serta kita juga tidak melupakan semua perjuangan beliau dalam membangun Tanah Dayak.
Saya adalah salah seorang pengagum Pak Tjilik Riwut....
BalasHapus